AYAH, Beritakebumen.com – Pantai Lampon berlokasi di Desa Pasir Kecamatan Ayah. Untuk menuju ke lokasi yang berjarak 40 kilometer dari pusat Kota Kebumen ini membutuhkan waktu tempuh selama kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Adapun harga tiket untuk camping Rp20.000 sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
Mengawali tahun 2025 sekaligus mengakhiri liburan semester yang tinggal menyisakan beberapa hari, saya dan 21 anak yang mayoritas merupakan anggota Gaspala (ekstrakurikuler pecinta alam SMAN 2 Kebumen) mengadakan kegiatan camping di Pantai Lampon. Ke-21 peserta tersebut di antaranya; Fitra (Hoho), Ulhaq, Naufal, Zulfa, Zaki, Thoriq, Naura, Devi, Azka, Saffana, Shofa, Nandini, Aura, Anastya, Dinda, Cica, Hanum, Virza. Tiga orang selanjutnya yakni Fadhil, Dendi, dan Galih menyusul setelah waktu isya.
Baca juga: Naik Gunung Kembang Via Lengkong, Waspadai Gigitan Pacet
Persiapan untuk camping di Pantai Lampon dimulai pasca malam tahun baru. Kami sepakat iuran sebesar Rp30.000/orang dengan rincian untuk keperluan biaya tiket camping Rp20.000 dan membeli ayam potong, jagung, serta bumbu Rp10.000.
Lalu disepakati untuk keberangkatan kami menuju Lantai Lampon di hari Jumat, 3 Januari 2025 pukul 14.00 WIB dengan titik kumpul di salah satu minimarket yang ada di Jalan Ronggowarsito Pejagoan.
Berangkat
Sejatinya di jam 1 siang saya sudah siap berangkat. Namun karena ada tugas mendadak yang harus diselesaikan dengan 2 lokasi berbeda, maka saya izin tidak bisa membersamai 21 peserta lain untuk perjalanan ke lokasi.
Ini tidak jadi soal karena ketika saya menyusul ke lokasi di jam 14.30 WIB, nyatanya mereka belum beranjak. Lalu secara beriringan kami menuju Pantai Lampon dengan 11 sepeda motor. Namun baru saja meninggalkan lokasi tadi, saya teringat titipan cabai untuk menu sambal pelengkap bakaran ketinggalan di kulkas. Mau tidak mau saya kembali pulang dan rombongan saya persilakan terus berjalan. Karena jika tidak diambil, bisa kena marah oleh tim dapur.
“Silakan kendaraannya diparkir di sana, nanti ada petugas jaga saat malam hari,” kata salah satu petugas loket.
Beruntung sore itu tidak banyak pengunjung yang bermalam di Pantai Lampon. Hanya saja sudah ada 2 tenda berdiri yang belakangan kami ketahui tenda tersebut bookingan dari pengunjung asal Purwokerto.
Kami mulai bekerja sama mendirikan 3 tenda di lokasi yang kami anggap ideal untuk bakaran ayam dan jagung. Tidak sampai 30 menit, 3 tenda sudah berdiri. Setelahnya, kami memutuskan Salat Asar di mushola. Beberapa dari kami memutuskan turun ke Pantai Lampon, sisanya duduk-duduk sambil merenung di tepi bukit yang langsung berhadapan dengan laut selatan.
Di Pantai Lampon idealnya untuk menyaksikan matahari terbit karena letaknya menghadap ke timur dan tenggara. Untuk itu bagi pengunjung yang ingin melihat matahari terbenam, dapat mencari lokasi lain.
Menjelang magrib, kami memutuskan untuk membuat perapian yang nantinya digunakan untuk bakar ayam dan jagung.
“Kita beli 3 kilo ayam yang dibuat jadi 26 potongan, jagungnya ada 20” kata Azka dan Devi.
Ketika masuk waktu sholat, dengan kesadaran masing-masing kami berbagi tugas dan peran. Hingga semua bahan telah siap, kami membuat lingkaran kecil untuk memulai santap malam kami. Doa makan malam dipimpin oleh Hoho.
Menu kami malam itu ayam bakar, jagung bakar, kupat dari Cica, sambal matah yang dibuat Naura dan Nandini, serta appetizer chocochip cookies dari Azka. Yummy…!
Ada yang kurang yaitu minuman dan buah-buahan. Saya lupa tidak membawa minuman Sarsaparila yang disukai Hoho dan Ulhaq. Sebenarnya masih ada sisa beberapa botol di rumah. Untuk buah, beruntung Galih dan Dendi yang menyusul belakangan membawakan semangka segar.
Selesai santap malam, praktis tidak ada kegiatan lagi. Hanya karaoke kecil-kecilan menggunakan speaker yang dibawa oleh Zaki yang lalu dimanfaatkan oleh Naufal, Ulhaq, dan Fadhil untuk menyumbangkan suara emasnya. Sedangkan kaum perempuan memutuskan duduk-duduk di tepi bukit sambil bermain game kekinian.
Masih di jam 11 malam, Hoho berinisiatif blusukan untuk menangkap sinyal-sinyal keberadaan makhluk astral di sekitar Pantai Lampon. Kami kaum laki-laki yang khawatir dan tidak ingin dia kesambet lalu terbawa ke portal dimensi lain, memutuskan untuk menemani blusukan.
Berjalan ke arah selatan dan barat yang menuju ke Pantai Gebyuran (spot tersembunyi di sini), kami singgah di 2 lokasi. Gua Wora Wari dan Gua Celeng.
“Ada benda pusaka di dalam tanah, sejenis kujang,” kata Hoho sambil terengah-engah seperti kehabisan energi usai masuk ke dalam gua.
Kami yang ikut menemani jalan-jalan malamnya Hoho lantas memutuskan untuk kembali ke lokasi camp. Karena sangat berbahaya jika kegiatan kami diteruskan, bisa-bisa kami semua masuk ke dalam portal gaib.
Tepat tengah malam saat tiba di lokasi tenda kami berdiri, sebagian besar memutuskan untuk tidur. Kaum perempuan tidur di dalam tenda, sedangkan laki-laki di luar tenda beralaskan matras. Hoho sendiri memilih istirahat di mushola ditemani Dendi, Naufal, Fadhil, dan Ulhaq.
Sabtu, 4 Januari 2025
Bangun saat Subuh, lalu secara bergantian melaksanakan kewajiban di mushola. Setelahnya adalah momen menantikan matahari terbit. Sayang sekali pagi itu mendung tebal di ufuk timur yang membuat matahari tidak terlihat sempurna.
Merasa cukup menyaksikan matahari terbit, kami memutuskan menuju Pantai Gebyuran. Berjarak sekitar 500 meter dari lokasi camp dengan medan cukup landai sepanjang perjalanan. Hanya saja ketika hampir sampai di Pantai Gebyuran, harus melewati medan terjal.
Kondisi Pantai Gebyuran cukup jauh berbeda ketika saya dan beberapa peserta mengunjungi lokasi ini 2 tahun lalu. Dulu pasir hitamnya masih tebal yang membuat pengunjung bisa berjalan dengan santai di tepi pantainya. Saat ini, pasirnya mulai terkikis dengan menyisakan batuan-batuan besar. Maka perlu kehati-hatian ketika melangkah.
Tidak lama yang kami lakukan di Pantai Gebyuran, selain karena kondisinya yang sudah berbeda, di sini Nandini serta Fadhil berpamitan karena harus menghadiri kegiatan upgrading OSIS SMAN 2 Kebumen di Pantai Kembar Terpadu Puring.
Selanjutnya kami semua kembali ke lokasi camp untuk membereskan perlengkapan dan perbekalan serta membersihkan lokasi dari sampah yang ada. Pukul 8.00 WIB kami memutuskan untuk pulang ke Kebumen.