Naik Gunung Kembang Via Lengkong, Waspadai Gigitan Pacet

AKHIRNYA bisa bernapas lega dan rehat sejenak dari hiruk pikuk perpolitikan setelah selesainya momen pilkada serentak yang cukup memforsir diri. Untuk menghilangkan kejenuhan tersebut, saya manfaatkan dengan mendaki Gunung Kembang bersama 10 teman yang sudah saya anggap seperti adik sendiri.

Ke-10 pemuda tersebut adalah: Hoho, Ulhaq, Dendy, Evan, Galih, Harsen, Iam (Ilham), Naufal, Refan, dan Oji. Dua personel gagal ikut: Aan dan Fadhil ternyata tidak mendapatkan izin. Alhasil mereka berdua hanya bisa menatap sedih dari layar HP-nya.

BACA JUGA: SMAN 2 Kebumen Tampilkan Pagelaran Tari Kolosal Cepetan 1.000 Penari

Registrasi pendakian di basecamp Gunung Kembang via Lengkong. (Foto: Hari)

Jauh-jauh hari persiapan pendakian sudah dilakukan. Mulai dari membuat grup WhatsApp khusus pendakian maupun kopi darat di angkringan. Namun nyatanya persiapan yang benar-benar serius baru bisa terlaksana setelah saya menuntaskan kegiatan reboisasi (adiwiyata) bersama Gaspala SMAN 2 Kebumen di tanggal 7 Desember. Dilanjutkan dengan agenda kegiatan pagelaran Tari Kolosal Cepetan di tanggal 12 Desember yang dilaksanakan oleh 10 teman yang nantinya ikut di pendakian ini.

Jumat 14 Desember 2024

Kami sepakat berangkat dari Kebumen setelah sholat Jumat jam 2 siang di salah satu minimarket sekitar Kawedusan. Tapi dasar pengikut asas jam karet, lalu molor sampai pukul 14.45 WIB.

Pukul 15.00 WIB kami memulai perjalanan ke basecamp Gunung Kembang via Lengkong menggunakan 6 sepeda motor. Seperti yang sudah-sudah, jika menuju ke Wonosobo kami menggunakan jalur alternatif Wadaslintang.

Naas, saat melintas di Selomerto, motor salah satu anggota kami mengalami trouble. Setelah diselidiki dengan mendorongnya sampai ke bengkel (beruntung masih buka), motor dinyatakan turun mesin karena oli mesin habis alias sat.

Kami ber-11 memutar otak mencari jalan keluar agar bisa tetap melanjutkan perjalanan dan motor bisa dikerjakan dengan harapan beres saat kami pulang esok harinya. Tidak perlu dijelaskan bagaimana kami dengan jumlah 11 orang dan 5 sepeda motor bisa sampai di basecamp dengan selamat. Oya, kami juga menyempatkan diri untuk sholat magrib di Masjid Al-Manshur setelah melewati Alun-alun Wonosobo.

Sampai di basecamp sekitar pukul 19.45 WIB. Kami langsung mencari tempat istirahat yang masih kosong. Selanjutnya masing-masing mulai bergerak sendiri. Ada yang makan malam dengan bekal dari rumah, membeli nasi goreng dan mie ayam di warung sekitar basecamp hingga tambah 4 porsi, dan sebagian lain mengurus registrasi pendakian.

Perjalanan di jalur Gunung Kembang via Lengkong usai Pos 3. (Foto: Hari)
Tarif Pendakian Gunung Kembang

Untuk pendakian tektok, basecamp melayani mulai pukul 21.00 WIB. Adapun rincian tarif yang harus dibayar per orang yakni Rp20.000 untuk tiket pendakian, Rp10.000 untuk fasilitas basecamp, Rp10.000 untuk parkir sepeda motor.

Sejumlah aturan dan larangan dari pihak basecamp juga disampaikan kepada kami. Di antaranya jika istirahat di Pos 3 hanya dibolehkan maksimal selama 15 menit dikarenakan area tersebut adalah jalur lintas satwa.

Lalu perjalanan dari Pos 5 menuju puncak dilarang buang air (BAB/BAK) dan meludah ke arah kiri jalur atau arah barat. Hal ini dikarenakan di sebelah barat jalur terdapat Gunung Arum yang disakralkan oleh warga setempat. Hal ini juga yang menjawab pertanyaan saya mengapa basecamp Gunung Kembang via Lengkong dinamakan Kumbang Ali-ali.

Sekitar pukul 23.00 WIB kami mulai istirahat tidur. Rencananya jam 2 pagi kami akan bangun untuk start pendakian di jam 3 pagi. Malam itu hujan juga sering turun dengan intensitas sedang. Sebelum alarm berbunyi di jam 2 pagi kami sudah bangun karena suara pendaki lain yang juga akan memulai pendakian malam itu.

Start Pendakian

Jam 3 pagi kami sudah siap berangkat menuju Pos 1 atau gerbang pendakian menggunakan jasa ojek yang sudah kami sepakati bersama. Tarif ojek untuk dini hari Rp35.000/pendaki (Basecamp–Pos 1 berjarak 2 kilometer).

Baru saja akan memulai, hujan turun cukup deras. Pihak basecamp lalu woro-woro ke semua pendaki agar menunda sebentar pendakian. Kondisi ini berlangsung selama 30 menit.  Pukul 3.30 WIB akhirnya kami ber-11 memulai pendakian dengan kondisi kabut tebal dan gerimis rintik-rintik menemani perjalanan kami pagi itu.

Tanjakan Sakit Hati di Gunung Kembang via Lengkong. (Foto: Hari)

BACA JUGA:Gaspala SMAN 2 Kebumen Tanam 200 Cemara Laut

Lima belas menit berselang atau pukul 3.45 WIB kami sampai di gerbang pendakian sekaligus menjadi Pos 1. Ada beberapa pendaki yang sedang berteduh pagi itu. Kami memutuskan untuk berjalan dengan menggunakan jas hujan.

Terkena Gigitan Pacet

Idealnya perjalanan dari Pos 1–Puncak Gunung Kembang via Lengkong membutuhkan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan. Ada kejadian unik dan ini menjadi pengalaman yang kedua kalinya bagi saya saat mendaki gunung. Yaitu digigit pacet. Sebelumnya saat mendaki Gunung Gede tahun 2010 saya juga pernah digigit pacet.

Kejadian digigit pacet berlangsung usai kami menjalankan sholat Subuh di sekitar Pos 2. Awalnya hanya merasakan sedikit gatal di punggung tangan, setelah dilihat ternyata ada seekor pacet yang sedang asik menghisap darah.

Beruntung kami membekali diri dengan  P3K praktis salah satunya minyak kayu putih. Setelah beberapa tetes, pacet tersebut mulai menggeliat dan melepaskan gigitannya. Selain minyak kayu putih, kita juga bisa melepaskan gigitan pacet dengan air tembakau. Setidaknya ada 3 orang di kelompok kami yang menjadi korban gigitan pacet Gunung Kembang: saya, Harsen, dan Iam (Ilham).

Jam 7 pagi kami telah sampai di puncak. Kabut tebal dan gerimis menemani suasana pagi itu. Selanjutnya kami memutuskan mencari lokasi ideal untuk memasak air hangat. Di tengah proses memasak, hujan turun bertambah deras yang membuat kami akhirnya tidak berlama-lama di puncak.

“Foto-foto terus turun yuk,” ajak Ulhaq dan lainnya.

Kabut tebal di sekitar puncak Gunung Kembang via Lengkong. (Foto: Hari)

Seketika kami segera mengantri menuju plakat tanda puncak bertuliskan ketinggian Gunung Kembang 2.340 MDPL untuk berfoto. Baik secara bersama-sama maupun foto pribadi. Sayang sekali background Gunung Sindoro sama sekali tidak terlihat. Hanya kabut putih tebal.

Pukul 7.45 WIB kami memulai perjalanan turun. Banyak kejadian seru yang mewarnai perjalanan kami. Seperti halnya ketika ada yang terpeleset maka akan jadi bahan tertawaan, digigit pacet, hingga menyapa pendaki lain yang diakhiri dengan bertanya akun medsosnya.

Sekitar pukul 10.30 WIB kami semua telah sampai di basecamp. Selanjutnya masing-masing mulai sibuk dengan sendirinya. Seperti bersih-bersih, makan, maupun rebahan. Kami memutuskan untuk kembali ke Kebumen jam 2 siang. Tentunya sambil berharap semoga motor salah satu teman kami yang trouble telah selesai diperbaiki.

Alhamdullilah, akhirnya motor tersebut telah selesai diperbaiki ketika kami mampir ke bengkel dalam perjalanan pulang ke Kebumen.

Berita terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *