Raih Sertifikat Internasional FSC ke-4 Kalinya, Kostajasa Gelar Tasyakuran

Penyerahan sertifikat internasional FSC dari Southeast Asia Regional Director (SCS Global Services) Todd Frank kepada Kostajasa. (Foto: Hari)

KARANGANYAR, Beritakebumen.comKSU Taman Wijaya Rasa atau Kostajasa sebagai pengelola hutan rakyat dan penjualan kayu bersertifikat, kembali meraih penghargaan Forest Stewardship Council (FSC) atau Sertifikasi Pengelolaan Hutan untuk periode yang ke-4. Adapun prestasi ini sebagai bentuk pengakuan internasional terhadap pengelolaan hutan yang lestari dan bertanggung jawab.

Atas capaian ini, Kostajasa menggelar tasyakuran di Aula Petanahan Hotel Candisari Karanganyar, Senin 16 Desember 2024. Hadir perwakilan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VIII, Kepala Disperindag KUKM Kebumen Haryono Wahyudi, perwakilan Dinas LHKP Kebumen, FSC Indonesia Indra Setia Dewi selaku Marketing & Communication Manager, Southeast Asia Regional Director (SCS Global Services) Todd Frank, dan anggota kelompok tani hutan (KTH) di bawah naungan Kostajasa.

Baca juga: Telaga Blembeng Desa Watukelir Surut, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Ketua Kostajasa Muarif Mahmud Suhada berikan potongan nasi tumpeng kepada Southeast Asia Regional Director (SCS Global Services) Todd Frank. (Foto: Hari)

“Hari ini kita menggelar tasyakuran karena bisa memperoleh kembali sertifikasi FSC untuk pengelolaan hutan rakyat skala internasional untuk periode yang ke-4,” kata Manager Kostajasa Untung Karnanto didampingi Ketua Kostajasa Muarif Mahmud Suhada.

Mengenai aspek yang dinilai, Untung dan Muarif menjelaskan bahwa seluruh kegiatan Kostajasa dinilai oleh auditor baik aspek sosial, aspek kehutanan, maupun aspek lingkungannya.

“Dari tiga aspek itu karena kita memakainya FSC, jadi 3 standar penilaian tadi yang dinilai. Setiap 5 tahun akan ada re-evaluasi dari FSC. Termasuk audit tahunan. Jadi sertifikat ini tidak mudah diperoleh,” sambung Untung Karnanto.

Penambahan Jenis Produk

Dari capaian positif ini, Kostajasa menambah satu jenis produknya yaitu non timber forest product (NTFP) atau hasil hutan bukan kayu yaitu gula kelapa. Selain itu, kayu yang dijual juga bertambah jenisnya.

Anggota KTH naungan Kostajasa foto bersama pengurus, tamu undangan, FSC, dan SCS Global Services. (Foto: Hari)

“Kalau dulu cuma beberapa saja seperti jati, mahoni, albasia, akasia, jenitri. Sekarang kita masukkan jabon. Untuk yang non timber ada gula kelapa,” jelas Untung.

Mengenai gula kelapa, Untung menjelaskan bahwa ada sejumlah desa yang memiliki potensi gula kelapa di bawah naungan Kostajasa. Pihaknya akan menjual dalam bentuk cetakan maupun serbuk gula kelapa.

Keanggotaan Kostajasa

Adapun jumlah anggota Kostajasa terbagi menjadi 2 jenis anggota. Yaitu anggota koperasi dan anggota hutan rakyat.

“Kalau anggota hutan rakyat ada 3.000-an yang teregister atau terdaftar, tapi kalau anggota koperasinya sekarang 370-an anggota,” tambah Muarif.

Dengan diraihnya sertifikat FSC ke-4 kalinya, Untung Karnanto dan Muarif Mahmud Suhada juga menargetkan penambahan 3 desa atau kelompok tani hutan (KTH).

“Saat ini ada 22 KTH. Harapannya setelah penerimaan sertifikat ini, suplai bisa terjaga, permintaan dari industri tetap bagus. Kita bisa jual dengan nilai yang lebih baik lagi,” pungkas Untung Karnanto.

Berita terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *