KEBUMEN, Beritakebumen.com – Perkembangan positif terlihat dalam kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat di Kebumen. Salah satu sosok muda yang turut berperan aktif dalam mendorong perubahan ini adalah Intan Nadhifah, mahasiswi semester 6 Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Awal mula ketertarikan Intan pada bahasa isyarat tumbuh di lingkungan kampusnya yang memiliki empat mahasiswa tuli. Interaksi yang intens dengan mereka memicu rasa ingin tahu Intan untuk mempelajari lebih dalam.
“Dari situlah awal perjalanan saya belajar bahasa isyarat, dengan rekomendasi teman-teman tuli untuk belajar di PUSBISINDO,” kata Intan, Sabtu 19 April 2025.
Setelah mendalami bahasa isyarat melalui berbagai tingkatan di PUSBISINDO, Intan menyadari tantangan uniknya, yaitu perbedaan isyarat antar daerah. Pengalamannya belajar di Solo dan kemudian berinteraksi dengan komunitas tuli di Kebumen membuatnya harus terus beradaptasi dan memperluas kosakata isyaratnya.
Sebagai seorang mahasiswi, Intan tetap memprioritaskan studinya. Namun, ketika memiliki waktu luang dan kondisi fisik yang prima, ia aktif mengambil peran sebagai juru bahasa isyarat (JBI) dalam berbagai kegiatan.
Pengalaman menjadi JBI dalam debat calon Bupati Kebumen menjadi momen yang paling berkesan baginya. Selain itu, ia juga seringkali menjadi jembatan komunikasi bagi teman-teman tuli dalam urusan sehari-hari, seperti di bank atau saat berdiskusi dengan dosen.
Intan melihat perkembangan signifikan dalam kesadaran bahasa isyarat di Kebumen.
“Dulu belum ada kegiatan belajar bahasa isyarat bersama. Sekarang, teman-teman tuli dari GERKATIN rutin mengadakan pertemuan di alun-alun, dan banyak teman dengar yang tertarik untuk belajar,” ungkapnya.
Ia seringkali menerima pertanyaan dari masyarakat tentang cara belajar dan memulai percakapan dengan teman-teman tuli.
Ke depan, Intan berharap aksesibilitas bagi seluruh penyandang disabilitas di Kebumen dapat ditingkatkan, tidak hanya dalam hal komunikasi tetapi juga infrastruktur. Ia juga berharap akan ada lebih banyak inisiatif dari berbagai pihak untuk mengadakan pelatihan bahasa isyarat.
Intan juga memberikan perhatian pada kemampuan berbahasa Indonesia teman-teman tuli. Menurutnya, pengajaran bahasa Indonesia yang baik dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi verbal mereka dan membuka peluang kerja yang lebih luas.
Dukungan penuh dari keluarga, yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa, menjadi motivasi tersendiri bagi Intan. Bahkan, impian keluarganya adalah untuk mendirikan yayasan yang berfokus pada pemberdayaan komunitas tuli.
Melalui pengalamannya, Intan mengajak masyarakat Kebumen untuk tidak ragu berinteraksi dengan teman-teman tuli.
“Jangan malu, jangan sungkan. Ajak saja mereka berkomunikasi, meskipun dengan bantuan tulisan. Mereka pasti akan senang berbagi bahasa isyarat,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya memberikan ruang partisipasi bagi teman-teman tuli dalam berbagai forum dan kegiatan masyarakat.